Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Komunitas ODOP 6

Teruntuk Komunitas ODOP 6 Saat mengetahui tentang Komunitas One Day One Post saya langsung tertarik untuk mencoba bergabung. Komunitas ini adalah satu-satunya komunitas menulis yang paling aktif di antara grup yang lain. Melihat dari cara bergabungnya yang melalui seleksi dan pada akhirnya bisa mencapai titik puncak ini saya sangat senang. Di komunitas ini tidak hanya pemuda saja tetapi juga dari berbagai kalangan usia dan latar belakang menjadi satu. Itulah yang luar biasa. Pada awalnya memang berat saat mengetahui adanya keharusan posting setiap hari. Ya, namanya aja One Day One Post. Tapi saya justru tertantang untuk mencoba dan selalu berusaha memenuhi tugas-tugas dan tantangan yang di berikan di komunitas ini. Di balik ini semua pastinya ada teman-teman yang selalu mendukung dan saling menyemangati satu sama lain. Selain itu, juga karena dukungan dan fasilitas PJ yang ada dalam setiap pulau. Saat kelas peminatan saya memilih untuk ikut kelas fiksi. Perjalanan demi perj

Gadis Pohon Maple Bagian 2

“Lintang, kamu mau seperti ini sampai kapan?” tanya Tania terhadap sahabatnya itu. Bukan menjadi hal asing bagi Tania jika melihat sosok sahabatnya yang selalu   duduk termenung di bawah pohon maple itu. “Sampai Arkan kembali dan seperti dahulu lagi.” jawab Lintang. “Sejujurnya kemarin aku melihatnya tetapi ia seperti tak ingat kepadaku. Aku tak mungkin salah lihat bukan. Ia bukan sosok Arkan yang ku kenal.” lanjutnya. “Benarkah?” tanya Tania dengan raut muka kagetnya. “Mana ada aku bohong Tan.” Lintang sangat yakin itu Arkan. Pembicaraan itu berakhir ketika dokter Lastri memanggilnya seperti biasa. @@@@@@@@ “Kemarin aku tak sengaja melihat cewek yang pingsan dan hampir jatuh. Aku membawanya ke rumahsakit tetapi ada yang aneh tau ga, Kan.” Dito bercerita panjang kali lebar. “To the Point aja ngapa dah.” Arkan masih dengan gaya cueknya. “Anehnya dia manggil-manggil namamu ketika siuman.” Arkan langsung menghentikkan aktivitasnya mendengar apa yang diucapkan Dito. “

Gadis Pohon Maple

Gadis Pohon Maple Siluet senja menembus sela-sela pohon maple. Satu-satunya pohon yang di tanam di ujung pekarangan rumah Lintang. Tepat di bawah pohon di berikan kursi taman. Tempat itu adalah tenpat di mana ia membuat janji masa kecil dengan sahabat kecilnya. 15 tahun berlalu, tak ada yang berubah dalam hidupnya. Lintang selalu yakin akan kehadirannya kembali. Ia tak pernah lelah menunggu. Ia gunakan topi untuk menutup kepala yang rambutnya kian menipis. Ia tak ingin melewatkan senja barang sedetikpun setiap sorenya. “Lintang, masuk rumah dulu yuk.” ajak seorang paruh baya. Dokter yang merawatnya selama ini. Orangtuanya bekerja keras untuk membayar biaya rumahsakitnya selama ini. “Masih ingin di sini dok.” jawabnya masih dengan posisi duduknya. Dokter Lastri hanya bisa menatap sendu Lintang. @@@@@@ Suatu hari Lintang sedang jalan-jalan menikmati sejuknya pagi. Tiba-tiba ada seseorang yang menyerempetnya menaiki sepeda. “Kring..kring.” dengan percaya dirinya ia ma

Ketika Cinta Mewujudkan Impian (Setetes Tinta Hitam)

Di kelas Intan                   : “Hay Rey, kamu lagi nulis apaan sih .” (basa-basi) Reina                  : “ Nggak nulis apa-apaan. ” (buru-buru memasukkan bukunya kedalam tas). Intan                   : Owhh .. kok kamu main rahasia-rahasiaan sih .” Reina                  : “ Biarin , darimana saja kamu kok baru masuk kelas,gerombolan lagi.” Intan                   : “Dari ngumpul tadi.” Reina                  : “ O hh .” Intan                   : “ K ok cuman oh, sih, kamu nggak kepo gitu .” Reina                  : “ Te rus aku harus gimana.” Tettettet......... Tiba-tiba Pak Doni guru IPA Biologi sudah berada di depan kelas. Pak Doni            : “T ok tok tok. (menggedor-gedorkan penghapus di papan tulis) semua diam. Kalian nggak dengar bel apa?” Semua Murid     : “ Y a , P ak .” ( langsung duduk di kursi masing-masing) berbeda dengan Reina yang sudah duduk manis di kursinya sejak tadi. Tok.. tok.. tok (sambil membuka pintu) Pak Doni