Keisha (Bagian 1)

Hujan deras mengguyur kota Jogja dengan tiba-tiba, padahal baru saja panasnya begitu terik yang membuat gadis itu tak pernah mengurungkan niat untuk pergi ke sebuah café dengan nuansa yang klasik nan unik di Jogja itu.
“Kenapa harus hujan sih.” Gerutu Keisha. Dia sangat membenci hujan, suara air yang jatuh ke atap café membuatnya merinding. Inilah keseharian Keisha setelah pulang sekolah selalu duduk di café itu bahkan berjam-jam. Hari sudah menjelang malam tetapi ia tidak beranjak dari tempatnya entah apa yang sedang dilakukan. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya.
“Kamu ngapain kesini?” tanya Keisha kepada seseorang tersebut.
“Kamu yang ngapain?” Setiap hari berjam-jam selalu melakukan hal seperti ini. Firasatku selalu ga enak setiap kali hujan turun dan kamu tidak di rumah key. Cecar Sandi.
“Buat apa aku hidup kalau selalu diliputi rasa bersalah san?” tanya Keisha sambil menahan airmata yang akan berhambur keluar jika tidak ditahannya. 
“Kei, sudah berapa kali aku bilang kamu jangan pernah menyalahkan diri-sendiri seperti ini. Penyebab kecelakaan itu bukan kamu."Jelas Sandi.
“Itu semua karena aku san, kalau aku tidak pergi waktu itu mungkin tidak akan pernah terjadi.” Jawab Keisha yang sudah menangis tersedu-sedu. Ia selalu murung dan bersikap dingin kepada siapapun karena kejadian yang sudah bertahun-tahun berlalu itu. Kejadian yang selalu membuatnya trauma akan beberapa hal.
“Jangan seperti ini Kei, kita harus bangkit dan bisa membuat Ayah sama Bunda bangga di surga sana.” Jawab Sandi. Sandi memang sedih karena ditinggalkan kedua orangtuanya tetapi ia tidak mau memperlihatkan kesedihannya di depan kembarannya itu. Melihat Keisha seperti ini selalu membuat hatinya sakit. Ini bukan sekali dua kalinya Sandi menemukan kembarannya di café itu. Café dimana tempat yang banyak menyimpan kenangan akan kebersamaan mereka dengan keluarganya dahulu.
“Sekarang kita pulang, kasihan nenek di rumah sendirian.” Tegas Sandi lalu merangkul kembarannya dan beranjak untuk pulang ke rumah.
Yogyakarta, 22 September 2018
#TantanganODOP2
#onedayonepost
#odopbatch6
#fiksi
#bagian1
#Day19

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel “BUMI CINTA”-Habiburrahman El-Shirazy

Sebuah Rahasia

Raih Keberkahan dengan Menebar Kebaikan