Mimpi Zahra
Aku terduduk lesu di emperan rumah yang sudah menjadi tempat tinggal bersama Ayah dan Ibu sejak aku lahir. Meskipun rumahku sudah tua dan agak reyot tetapi masih bisa menampung kami untuk berteduh, melepas lelah bersama keluarga. Ini sudah kesekian kalinya aku interview kerja dan di tolak. Aku sangat frustasi menghadapinya. Namaku Zahra Puspita, umur masih 18 tahun tetapi sudah harus membantu keluarga dalam mencari nafkah ketika Ayah meninggal sejak dua tahun yang lalu. Sejak saat itu aku tinggal berdua dengan Ibu. Sebenarnya aku ingin mengenyam pendidikan yang lebih tinggi tetapi untuk saat ini aku memutuskan untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu setelah lulus dari sekolah menengah. Aku tidak mau membebani Ibu dengan segala biaya-biaya yang harus ditanggung nantinya. “Sudah nduk, belum rejeki kamu. Allah sudah menyiapkan yang terbaik buat kamu entah itu apa. Percayalah nduk. ” Kata Ibu sambil mengelus punggungku. Kata-kata Ibuku membuat air mata tidak bisa terbendung lagi.