Keisha (Bagian 2)

Hujan yang begitu deras kembali menyelimuti kota Jogja membuat orang berlarian untuk mencari tempat teduh, ada yang berlarian ke emperan toko, kedai kopi maupun angkringan. Dingin yang menusuk membuat badan Keisha menggigil tak karuan. Tiba-tiba ada seseorang yang menyampirkan jaket ke tubuhnya.
“San, kamu ngapain disini?” tanya Keisha dingin.
“Sudah berkali-kali aku bilang ke kamu jangan pernah merasa bersalah dengan kejadian yang sudah bertahun-tahun berlalu Kei.” jawabnya sambil merapatkan jaket di tubuh Keisha.
“San, aku nggak bisa, semua kejadian itu selalu terbayang-bayang apalagi ketika hujan turun dengan tiba-tiba begini. Bahkan aku menjadi gadis yang penakut seperti ini.” Jawab Keisha sambil menangis menahan airmata yang sudah ditahannya sejak tadi.
“Aku tau kamu Kei, aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan bahkan ketika kamu seperti ini.” Jawab Sandi agak keras sehingga membuat orang-orang yang berdiri di emperan toko menengok ke arah mereka.
“San, kecelakaan yang membuat Ayah sama Bunda meninggal itu karena aku. Karena aku pergi dari rumah dengan keadaan marah sehingga membuat mereka mencari aku. Tapi apa yang terjadi, mereka kecelakaan di depan mataku. Bagaimana aku bisa tidak merasa bersalah seumur hidupku kalau seperti ini.” Jawabnya sambil berlari melawan hujan yang selama ini ia hindari. Kini ia melawan hujan dengan perasaan tak karuan, pasrah apa yang akan terjadi pada dirinya nantinya. Meninggalkan Kembarannya di emperan toko yang samar-samar terdengar memanggilnya.
“Kei, keishaa.” Teriak Sandi frustasi. Ia berlari menyusul dan menarik tangan Keisha yang akan menyebrang tanpa melihat kanan kiri.
“Kamu gila yaa, jangan nyakitin diri sendiri dengan cara seperti ini. Ingat semua kata-kata bunda dan bacalah surat yang dikasih untukmu jangan hanya disimpan tanpa tau akan kebenarannya, jangan pernah takut. Ingat, kita itu lahir beda 5 menit doang dan aku akan selalu menjagamu sampai kapanpun.” Keisha teringat surat yang masih ia simpan di tasnya dan di bawa kemanapun ia pergi. Ia buru-buru mengambil dari dalam tasnya dan membaca nya. Ia kini sadar bahwa bundanya akan selalu menyayangi meskipun telah pergi meninggalkannya.
“Bunda dan Ayah emang sudah pergi Kei tetapi beliau akan selalu berada di hati kita selamanya. Beliau akan sedih jika melihatmu seperti ini.” Jelas kakaknya.
“iya kak, aku baru menyadari hal itu. Maafin aku kalau sampai sekarang selalu ngrepotin kakak ya.” Jawab Keisha.
Asekkk, sekarang udah nganggap aku kakak ya? Udahlah panggil nama aja kita kan beda 5 menit doang. Sekarang kita pulang yuk, kakak udah maafin kamu kok.” Jawab Sandi sambil mengacak rambut adiknya.
Ih, kakak apaan sih.” Jawab Keisha sambil tersenyum tanpa beban lagi.
“Gitu dong senyum, adikku yang ceria udah balik lagi sekarang.” Mereka bergegas pulang karena waktu sudah menjelang sore dan takut jika nenek mereka mencarinya.

Yogyakarta, 22 September 2018
#TantanganODOP2
#onedayonepost
#odopbatch6
#fiksi
#bagian2
#Day20

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel “BUMI CINTA”-Habiburrahman El-Shirazy

Sebuah Rahasia

Raih Keberkahan dengan Menebar Kebaikan