Mimpi Zahra
Aku terduduk lesu di
emperan rumah yang sudah menjadi tempat tinggal bersama Ayah dan Ibu sejak
aku lahir. Meskipun rumahku sudah tua dan agak reyot tetapi masih bisa
menampung kami untuk berteduh, melepas lelah bersama keluarga. Ini sudah
kesekian kalinya aku interview kerja dan di tolak. Aku sangat frustasi
menghadapinya.
Namaku Zahra Puspita,
umur masih 18 tahun tetapi sudah harus membantu keluarga dalam mencari nafkah
ketika Ayah meninggal sejak dua tahun yang lalu. Sejak saat itu aku tinggal berdua
dengan Ibu. Sebenarnya aku ingin mengenyam pendidikan yang lebih tinggi tetapi
untuk saat ini aku memutuskan untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu setelah
lulus dari sekolah menengah. Aku tidak mau membebani Ibu dengan segala
biaya-biaya yang harus ditanggung nantinya.
“Sudah nduk, belum rejeki kamu. Allah
sudah menyiapkan yang terbaik buat kamu entah itu apa. Percayalah nduk.” Kata Ibu sambil mengelus punggungku. Kata-kata Ibuku membuat air mata tidak bisa
terbendung lagi. Aku tau Ibu hanya ingin menenagkanku dan tidak mau melihatku
sedih. Segera aku menghambur ke pelukan Ibu dan menumpahkan segala keluh kesah
yang sudah tertahan sejak tadi.
Aku
beranjak untuk mandi dan melakukan sholat ashar karena waktu sudah menunjukkan
jam tiga sore. Meskipun dalam keadaan apapun aku tidak mau meninggalkan
kewajibanku sebagai seorang muslim. Kata-kata Ibu selalu terngiang dalam
fikiranku. Ya, aku bukanlah gadis lemah dan mudah menyerah, aku harus bisa
bangkit. Aku meyakinkan diriku sendiri dan bersiap untuk membuka-buka lowongan
kerja di Koran untuk yang kesekian kalinya. Mencari yang sekiranya cocok dan
belum pernah aku coba untuk melamar pekerjaan di tempat tersebut. Aku bukan
seperti teman-teman yang lain, aku hanya gadis sederhana, memiliki handphone
pun hanya bisa untuk mengirim SMS dan telepon. Tiba-tiba aku mendengar ada
orang yang mengetuk pintu rumahku. Siapa yang berkunjung sore-sore begini tidak
biasanya, pikirku. Segera aku keluar dan membukakan pintu rumah.
“Assalamualaikum, apa benar ini rumah
Mbak Zahra Puspita?” tanya seseorang yang memakai baju orange. Dalam benakku
kenapa ada bapak pos datang mengirim surat. Tanpa pikir panjang aku menjawab
salam dan mempersilahkan bapak tersebut untuk masuk ke rumah.
“Waalaikumussalam, iya benar Pak. Ada
yang bisa saya bantu?” jawabku sopan.
“Ini ada surat untuk Mbak Zahra.”
Jawabnya.
“Terimakasih Pak.” Aku buru-buru membuka
amplop coklat setelah bapak kurir tadi beranjak pergi. Dengan perasaan takut
dan gelisah aku membuka amplop tersebut. Dan aku berlonjak kegirangan melihat
isinya.
“Ibukk, akhirnya aku di terima kerja, Bu.” Teriakku riang sambil menghampiri ibuku yang sibuk di dapur.
“Alhamdulillah, di terima di mana, nduk?”
pertanyaan Ibu.
“Di penerbitan. Ini kan cita-citaku dari
dahulu ingin kerja di penerbitan. Bahkan aku sempat lupa kalau pernah interview
kerja di sana. Terimakasih atas doanya selama ini, Bu.” Jawabku sambil memeluk Ibu.
Kata-kata Ibu tadi semua benar. Aku
percaya sama Allah, karena hanya Allah sebaik-baik perencana dan aku sangat bersyukur karena-Nya.
#komunitasonedayonepost
#odopbatch6
#day26
#tantanganodop3
#Fiksi
Doa ibu selalu dikabulkan, insyaAlloh
BalasHapusAamiin insyaallah😊
HapusMasya Allah
BalasHapus😄😄
Hapusridho orang tua adalah ridho Allah, InsyAllah
BalasHapusBener kak😄
HapusAlhamdulillah
BalasHapus😄😄
Hapus