Sepenggal Kenangan

Sepenggal Kenangan

Terdengar alunan piano yang sering kamu mainkan setiap sore di kala itu. Hatiku bergetar, lidahku kelu, inginku berteriak memanggil namamu. Tetapi kenapa malah menjadi bungkam bagai orang bisu? Ini nyata? Oh tidak, ternyata ini ilusi belaka. Tanpa kehadiranmu terasa asing dan ada yang kurang bagiku. Bagaimana tidak? Jika dahulu kamu selalu ada di setiap saat untukku. Kali ini aku harus berusaha keras berdiri sendiri tanpa kehadiranmu. Aku terdiam, duduk sendiri dalam sepi, meratap, menatap ombak yang bergulung menghampiri. Di sinilah aku sekarang, di tempat di mana kita berjanji untuk selalu bertemu. Dengan sebuah harapan bahwa kau akan kembali hadir seperti di kala itu. Meskipun, hanya untuk bertemu dan menikmati senja yang begitu sempurna menampakkan semburat kekuningannya.

Tuts-tuts piano yang kamu mainkan bahkan samar-samar masih terdengar bersama suara pemecah ombak. Menghilangkan keheningan ketika pantai mulai menyepi dan tak menampakkan senja yang terlihat indah lagi. Jujur aku merindukan kehadiranmu. Karena kamu adalah alasan aku tersenyum di setiap waktu. Tetapi kini alasanku telah pergi, entah pergi kemana. Pergi tanpa alasan yang pasti. Aku lelah, aku lelah menunggu, haruskah aku berhenti? Berhenti menunggumu kembali? Tetapi bagaimana dengan sebuah janji, bukankah janji harus ditepati? Tetapi kamu mengingkarinya.

Tinggal potongan-potongan kenangan yang kusimpan di memori tersendiri dalam otakku. Bukannya hidup harus terus berjalan? Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi esok, yang harus kita lakukan adalah menghadapinya. Mungkin ini lebih sulit daripada menghadapi tugas-tugas kuliahku yang menumpuk dan selalu ingin dipecahkan setiap waktu. Tetapi bagaimanapun aku harus menjalaninya, dan untuk hati kuatlah dengan hari-hari yang baru tanpa kehadirannya. Dan untuk kamu jangan pernah hadir jika hanya untuk membuat janji dan pergi tanpa alasan yang berarti.
(Sepenggal kata, bukan kata-kata yang indah dalam rangkaiannya tetapi bagaimana memaknainya).

Yogyakarta, 13 September 2018
#BelajarBermainKataDalamProsa
#OneDayOnePost
#Odop_6
#Day9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel “BUMI CINTA”-Habiburrahman El-Shirazy

Sebuah Rahasia

Raih Keberkahan dengan Menebar Kebaikan