Kisah RARA


“Kamu jahat!” hanya satu kata itu yang mampu terlontar dari mulut Rara lalu beranjak pergi dari tempatnya berdiri. Setelah mengetahui Rio selingkuh dengan sahabatnya sendiri Rara tidak mampu lagi untuk menahan airmata yang di tahannya sejak tadi. Segitu teganya Devi mengkhianatinya. Sampai di rumah Rara langsung masuk ke kamar tanpa menghiraukan ibunya yang menanyakan kenapa pulang tanpa di antar dengan Rio, tidak seperti biasanya. Ibu Rara pun akhirnya menyusul anaknya ke kamar dan menanyakan lagi akan keganjilan anaknya itu.
“Nak, kamu kenapa kok pulang ga di antar sama Rio?” Tanya Ibu Rara.
Gapapa kok bu, lagi kesal aja sama Rio.” Jawab Rara berbohong. Ia tidak mau membuat ibunya khawatir. Ibu sudah mengenal Rio sebagai pacarnya sejak satu tahun yang lalu. Dan menurut ibunya Rio itu orang yang baik dan ramah.
“Yasudah, kamu makan siang buruan ntar magmu kambuh jadi Ibu yang repot.” Jawab Ibunya tanpa mencurigai apa yang terjadi terhadap anaknya itu.
                                                           
@@@@@@

Malam harinya Rara menelepon Devi, karena ia tadi menstalk hp Rio dan menemukan chat Devi dengan Rio yang menyatakan mereka resmi berpacaran.
“Hallo Ra, tumben telfon ada apa?” Biasanya kalo tiba-tiba telepon gini mau curhat nih. Selarah Devi masih dengan sikap seperti biasanya.
Ga kok.”jawab Rara singkat.
Kok jutek sih, kamu kenapa Ra?” Tanya Devi.
“Kalo mau tau aku kenapa, besok jam 8 pagi kita ketemu di tempat biasa.” Jawab Rara dan langsung mematikan ponselnya.

Rara masih menangis tersedu-tersedu di kamarnya bahkan ia tak mau makan dan menghiraukan sakit magnya yang sering kambuh kalau telat makan. Di sisi lain, Devi bingung dengan perubahan sikap sahabatnya yang tiba-tiba begini.

Keesokan harinya mereka berdua telah bertemu di taman. Tempat biasa mereka main bareng dengan di selingi tawa dan canda mereka. Taman yang sejuk dan nyaman yang membuat mereka menyukai tempat ini. Tetapi kini telah berubah menjadi suasana yang mencekam. Rara pun angkat bicara karena sudah gerah dan ingin cepat-cepat beranjak dari tempat duduknya.
“Kamu masih nganggep aku sahabatmu enggak sih Dev?” tanya Rara dengan nada dingin.
Loh, kok kamu ngomong gitu sih Ra.” Iya kamu kan sahabatku sejak kecil Rara. Kenapa kamu tiba-tiba tanya seperti itu.” Jawab Devi dengan tenang.
“Kamu pacaran kan sama Rio?” hardik Rara.
Eh enggg, enggak kok Ra.” Jawab Devi tergagap.
“Aku udah tau kok Dev, gausah pura-pura. Semoga langgeng.” Jawab Rara dan langsung beranjak pergi.
“Tunggu Ra, aku bisa jelasin semuanya.” Devi mencekal tangan Rara yang keburu menjauh.
“Nggak ada yang perlu dijelasin lagi Dev. Semuanya sudah jelas. Kamu mengkhianatiku sebagai seorang sahabat dan kamu tau kan Rio itu pacarku bahkan kalau ada masalah sama Rio aku cerita ke kamu.” Jawab Rara sambil menangis.
“Rio bilang kalau kamu udah putus Ra, makanya aku mau menerima dia.” Jawab Devi pasrah.
“Kamu kalau emang sahabatku seharusnya mikir kalau mau menerima dia atau seenggaknya kamu tanya sama aku.” Jelas Rara dengan raut muka kesal.
“Aku tau aku salah Ra. Maaf ya, aku gatau kalau akhirnya akan begini.”Sesal Devi sambil merengkuh bahu sahabatnya. Ia pun ikut menangis dan menyesali perbuatannya.
Devi akhirnya membuka menu kontak di handphonenya dan mengetikkan nama Rio. Setelah nada telfon bordering agak lama akhirnya diangkat oleh pemilik nomor di seberang sana.
“Hallo dev, kangen yak ok mendadak telfon.” Rio di seberang sana tampak riang tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
Sorry Yo, KITA PUTUSS!!!” Ketus Devi dan langsung mematikan ponselnya tak menghiraukan Rio yang tadinya menahan meminta penjelasan kepadanya.
“Ra, kita sekarang udah tau sifat aslinya Rio gimana. Aku udah mutusin dia, kita baikan ya.” Raut muka Devi tampak cemas dan memohon.
“Aku maafin kamu kok Dev, tapi buat kita kayak dulu lagi aku masih butuh waktu.” Jawab Rara.
“Iya, aku ngerti Ra.” Devi memahami suasana hati Rara masih tampak buruk. Mereka berduapun beranjak pulang ke rumah masing-masing  dengan perasaan tak karuan meskipun pada akhirnya persahabatan mereka kembali lagi tetapi tidak sedekat dulu.

@@@@@@@

#komunitasonedayonepost
#odopbatch6
#tantanganodop4
#fiksi
#day31




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel “BUMI CINTA”-Habiburrahman El-Shirazy

Senja

Di Antara Jarak